Kelas baru, teman baru. Seperti biasanya,
hari pertama masuk adalah hari santai dimana kegiatan belajar mengajar belum
efektif berjalan sehingga banyak siswa yang ‘berhamburan’ dimana-mana. Tara berjalan menuju kantin untuk membeli
minuman dingin karna cuaca saat itu sangat panas ditambah keadaan kantin yang
ramai membuat suhu udara bagaikan di padang pasir. Ia melihat Teh botol dingin
yang hanya tinggal satu di lemari es,ketika ia ingin membelinya,"mbak, Teh
botolnya mbak". Ada orang cewek yang berbicara sama dengan apa yang ia
katakan dalam waktu yang sama. Secara otomatis mbak penjaga kantin bingung dan
agak kaget. Begitu pula dengan mereka berdua.
"Udah jangan berebut, teh botolnya tinggal satu nih.
Mendingan kalian berdua suit, siapa yang menang boleh beli teh
botolnya". Saran mbak penjaga kantin.
"Gak usah suit, gua ngalah. Elu keliatan lagi haus
banget.
Mbak teh botolnya buat dia aja". Ujar Tara.
"eh makasih ya! Tau aja gue emang lagi haus banget.
Makasih banyak ya, elu beli air mineral gelas aja.
Tuh mulut lu udah kering.. Da..dah". Ucap cewek itu.
Dengan menundukan wajahnya dan menatap sayu air mineral gelas
di genggamanya, Tara telah membiarkan cewek itu membeli teh botol yang ia
idam-idamkan.
Bel berbunyi, seluruh siswa
masuk ke kelas barunya masing-masing untuk bertatap muka dengan walikelas yang
baru. Tara duduk sebangku dengan Dion,teman sekelasnya. Ketika Tara duduk
dibangkunya, ia terkejut ternyata seseorang yang duduk disebelahnya adalah
cewek yang ia temui di kantin tadi.
"eh elu 'cowok air
mineral'.. Elu di kelas ini juga.
Wah.. ga nyangka gue
sekelas dengan 'cowok air mineral'", Celetuk si cewek.
"eh ketemu lagi kita,he..he..he", balas tara dengan
ekspresi yang datar dan tawa sekenanya.
"Nama gua Icha.. gua dulu anak kelas 8.5. Nama elu
siapa?",kata Icha memperkenalkan diri.
" Gue Tara, anak 8.4",jawab Tara.
" Loh berarti dulu kita tetanggaan dong?!
Kok gua ga pernah ngeliat elu yah dulu?" seru Icha
." gua jarang keluar kelas. Jadi banyak orang yang engga
kenal gue. Gue bukan anak yang populer" jawab Tara merendahkan diri.
Akhirnya walikelas mereka datang dan semua murid menyimak apa
yang disampaikan oleh walikelas mereka yang baru.
Semakin
hari mereka semakin akrab. Mereka sering ngobrol dan shering. Tak jarang Icha curhat kepada Tara, karna ia mengganggap
bahwa Tara adalah pendengar yang baik. Icha yang selalu curhat pada Tara
membuat mereka berdua semakin dekat tapi terkadang Icha masih sering meledeknya
Tara 'cowok air mineral’. Semenjak berteman dengan Icha, Tara mulai menjadi sosok
yang terbuka dan mereka sering menghabiskan waktu bersama. Saat jam istirahat, di kantin sekolah, mereka menghabiskan waktu
makan siang bersama.
"Cha, gue perhatiin kayaknya elu suka banget ya sama roti
dan selai kacang?" tanya Tara penasaran.
" Iya, dari kecil gue suka banget sama selai kacang "
jawabnya.
"eh itu di bibir lu ada selai kacangyan ”, seru Tara
sambil member tissue ke Icha.
“ makasih “, ucap Icha sambil tersenyum manis.
Entah mengapa ketika dia memandang wajah Icha yang cantik,
hatinya berdebar-debar dengan cepat. Suhu badanya naik dan matanya terpaku pada
kecantikan Icha. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh tepukan tangan Icha di tangannya,
" Tar, kenapa benggong?! ".
" Eh.. maaf. Gak kenapa-napa kok.. hehehe", jawab
Tara dengan terkejut.
Entah mengapa kejadian tadi dikantin
terus terbayang-bayang setiap saat di pikiran Tara. Binar matanya, simpul manis
senyumnya, indah rambutnya, semuanya tergambar sempurna dibenak Tara. Tara
bertanya-tanya ada apa dengan dirinya.
Kesokan hari semuanya berjalan seperti
biasa dan. Tetapi megapa dari 3 hari yang lalu sampai sekarang Icha tidak jalan
bersama, mengobrol atau ber'sms'an denganya? Dengan cuek Tara berfikir mungkin
saat ini Icha sedang tidak mempunyai masalah atau bahan obrolan denganya. Saat
Tara beranjak tidur, tiba-tiba handphonenya berbunyi. Dengan mata yang melek
segan merem tak mau Tara mengangkat telphonya.
"Halo? Ini siapa?" tanya Tara dengan mata sayup.
"Tar... ini gue Icha...hiks hiks" jawab Icha
tersedu-sedu. Terkejut Tara mendengar isak tangis Icha,
"Loh Cha lu kenapa? Kok tiba-tiba nangis begitu?".
"Tar,, gue diputusin pacar gue..hiks..hiks", jawab
Icha.
" Udah, cup..cup..cup jangan nangis lagi, kan ada gue.
", sahut Tara mencoba menenangkan Icha.
" Tapi gue sayang banget sama pacar gue, kenapa dia
nyakitin dan mutusin gue?", gerutu Icha.
"Udah ga usah dipikirin, itu berarti pacar lu bukan yang
terbaik untuk lu..
Sekarang lu berenti nangis, mending lu tidur, udah malem.
Nanti cantiknya hilang looh ", jawab Tara.
“ hehe.. yaudah Tar, makasih banyak ya udah mau ngangkat
telphon gue tengah malem gini.
Selamet malem ya Tara..“ jawab Icha.
Sejak kejadian itu Icha merasa Tara bukan sekedar pendengar
yang baik, tetapi juga ia dapat menenangkan hatinya yang sedang gundah.
Mereka
semakin dekat. Bagi Icha Tara lebih dari sahabat spesial. Mereka sering
bercanda dan jalan bersama kesuatu tempat. Saat Tara sedang menikmati makanan
yang ia pesan di kantin, sendiri.
Icha menghampirinya
lalu duduk dan membuka kotak bekal yang selalu ia bawa dari rumah.
"Tar mau brownies kacang mete buatan gua ga?
Dijamin enak loh", seru Icha.
" Bener nih enak? “, ledek Tara.
" Ya enak lah, ini brownies special tau “, sahut Icha
agak kesal.
" Oke gue coba browniesnya tapi kalo ga enak, awas ya ",
canda Tara.
" Eh sebelum itu, gue pengen ngomong sesuatu sama
elu" ucap Icha dengan nada serius.
" Ngomong aja ga usah pake ijin segala", sahut tara
sambil melahap brownies buatan Icha.
"Gini Tar gue ngerasa kok elu berubah
lebih....",belum selesai Icha berbicara.
"Berubah gimana? Emangnya gue Power Ranger?! ", sela
Tara.
" To the point aja deh,, gua suka elu" sahut tegas
Icha yang tersipu malu.
“ Uhuk.. uhuk.. “ Sangat terkejut Tara mendengar perkataan
Icha sampai-sampai brownies di dalam mulutnya tidak bisa tertelan dan
membuatnya tersedak. Ketika Tara masih dalam keadaan terkejut dan tidak bisa
berkata apa-apa, Icha menutup mulutnya.
"Ssst.. ga usah
dijawab sekarang. Gue ngerti kok", ucap Icha singkat lalu dengan cepat
Icha mengecup pipi Tara.
Muka Tara merah merona, bibirnya kelu tak dapat berkata-kata.
"Udah ga usah melongo gitu, kunyah tu brownies di mulut
lu.
Gue ke kelas dulu ada urusan sama temen gue", ucap Icha
lalu beranjak pergi menuju kelas.
Di dalam benak Tara muncul pertanyaan “ Apa
benar Icha suka sama gue??? “ . Sedangkan mantan-mantan Icha terdahulu
tergolong cowok-cowok populer. “ Tapi kan gue bukan cowok populer?? “ . Lalu ia
mengambil kesimpulan dan berkata dengan cuek,
" Ah Icha mungkin hanya bercanda. Dia cuma mau meledek gue
aja. Dasar gadis selai kacang".
Keesokan
harinya Icha membawa dua buah kotak bekal, satu untuk Tara dan satunya untuk
dirinya sendiri.
"Weh tumben-tumbenan ni bawain gua bekel, ada angin apaan
nih?", ujar Tara.
" Emang gue salah bawain elu bekal? Kalo ga mau yaudah
buat Pak Ujo aja di pos satpam!", jawab Icha dengan nada serius.
“ Dasar 'gadis selai kacang', gue kan cuma bercanda. Makasi
yah, elu emang baik banget deh", ujar Tara.
Mereka berdua menghabiskan waktu istirahat
dikantin bersama-sama. Setiap istirahat mereka berdua selalu bersama dan tak
lupa juga Icha selalu membuatkan bekal untuk Tara. Kebiasaan ini membuat para
Bigos (Biang Gosip) sekolah membicarakan hubungan spesial mereka berdua. Dengan
cepat gosip-gosip tentang mereka berdua menyebar seantero sekolah hingga gosip
ini pun sampai pada telinga para Guru. Ketika jam pelajaran BK (Bimbingan
Konseling), Bu Yuny membahas tentang masalah percintaan di kalangan remaja.
Secara otomatis teman-teman Tara dan Icha langsung menyindir mereka.
"Bu, dikelas ini ada yang baru jadian loh", seru
Lidya teman sebangku Icha.
"Cie..cie..cie", seru semua murid dikelas.
“ Sstt Ldya..!! “, Icha membungkam mulut Lidya sambil
mencubitnya.
"Ada apaan si Dio? Emang yang teman-teman bicarakan siapa??
", tanya Tara kepada Dion dengan tampang blo'on.
"Halah lu Tar pake majang muka bego, gue uda tau kale. Ga
perlu pura-pura, itu wajar kok", jawab Dion dengan nada meledek.
"Gua ga ngerti deh maksud lu Dio?", tanya Tara
bingung.
"Ah elu yaudah kalo ga ngerti diem aja dah", sahut
Dion.
Sudah satu bulan setelah Icha menyatakan
perasaanya pada Tara, tetapi mengapa Tara tidak membalas pernyataan cinta
kepadanya. Icha berfikir apakah Tara tidak mencintainya. Merasa cintanya
bertepuk sebelah tangan semenjak itu Icha tidak lagi membawakan Tara bekal.
"Cha kotak bekal buat gue mana?", tanya Tara.
"Sekarang gue cuma bawa satu kotak bekal", jawab
Icha.
"Hemm Yaudah kalo gitu", jawab Tara cuek lalu pergi
memesan mie pangsit kesukaanya.
Satu hari penuh Icha memasang muka cemberutnya pada Tara. Dan
keesokan harinya ketika Tara sedang melihat-lihat buku di toko buku favoritnya.
Tanpa sengaja ia melihat Icha sedang makan bersama lelaki lain di sebuah
foodcourt tepat di depan toko buku itu. Entah mengapa perasaan tidak senang
melihat Icha dengan lelaki lain menyelubungi hati Tara. Setelah melihat Icha
dengan cowok lain, Tara langsung pulang dan mengurungkan niatnya membeli buku
yang sudah ia incar selama sebulan terakhir. Di perjalanan pulang Tara merasa
tidak senang ketika ia teringat Icha sedang makan bersama cowok lain. Ia merasa
cemburu setengah mati. Sesampainya dirumah ia langsung bergegas menuju kamar
dan membanting tubuhnya diatas kasur.
Ia berfikir sejenak, " Kenapa gue ngerasa cemburu pas
ngeliat Icha makan ama cowok? Emang gue suka sama Icha, tapi apa gue cinta sama
Icha?".
Dua hari berlalu Tara masih saja merasa
cemburu. Saat bertemu Icha, ia langsung menghadang langkahnya dan bertanya
dengan nada serius,"Cha elu udah punya cowok baru?".
"Enggak kok, emangnya kenapa kalo gue punya cowok
baru?", jawab Icha.
"Cha...! Jangan bohong, lu uda punya cowok
barukan?", seru Tara dengan nada tinggi.
"Ngapain sih elu nanya-nanya gitu sama gue, gue ga suka
elu kaya gitu", jawab Icha lalu pergi.
Sejenak Tara merasa bersalah telah berbicara seperti itu
kepada Icha. Lalu ia meminta maaf pada Icha.
"Cha gue minta maaf soal kemaren.
lu jangan marah ya sama gua" ucap Tara.
"Udah gue maafin. Gue ga suka elu begitu sama gue",
jawab Icha santai.
Beberapa hari kemudian, tetap dimana Icha berulang tahun. Tara
membulatkan tekad untuk mengutarakan perasaan cintanya tepat pada malam Icha
berulang tahun. Ia mencoba menelfon Icha. Tetapi ia gagal tersambung oleh Icha,
dan akhirnya ia hanya mengirimkan sms ucapan selamat pada Icha. Keesokan
harinya, Tara terbangun dari tidurnya dikarenakan suara sms dihapenya. Ternyata
Icha mengSMS dirinya,"Tar, tadi malem gue mimpi ditembak sama cowok. Gue
seneng banget. Tapi yang gue sebel muka cowok itu ga bisa gue inget, tapi gue
kenal banget sama dia. Kira kira siapa ya Tar?". Membaca SMS Icha, Tara
merasa mendapat angin positif dari mimpi Icha dan Ia memberanikan diri untuk
menembak Icha di sekolah.
Ketika jam
istirahat tiba, Tara bergegas mencari Icha dikantin dan ia menemukanya sedang
duduk sendiri di meja paling pojok. Ia langsung menghampiri Icha yang sedang
ngoles selai kacang kesukaanya pada roti tawar.
"Cha gue pengen ngomong serius sama elo", ujar Tara.
"Ngomong aja, ga usah sungkan sungkan", jawab Icha.
"Cha gue tau gue ini bodoh masalah cinta, gue ini cupu.
Tapi saat gue ngeliat elu sama cowok lain,gue ngerasa cemburu setengah mati.
Dan gue sadar bahwa selama ini gue suka sama elu . Cha. Gue cinta sama elu. I want you be my girl", ucap Tara
dengan serius.
Mendengar pernyataan Tara, tiba-tiba Icha berlari menjauhi
Tara. Seketika itu Semua perhatian orang di sekitar kantin tertuju pada mereka
berdua. Kejadian itu membuat Tara sangat sedih, pikiranya terganggu. Semua yang
ia kerjakan tak beres karna ia tidak dapat berkonsentrasi. Tidurnya gelisah, di
dalam otaknya terdapat pertanyaan besar, mengapa Icha menghindar dan menangis
begitu? Hampir semalaman suntuk Tara tak bisa tidur.
Keesokan harinya Tara datang kesekolah pagi
sekali untuk berbicara empat mata dengan Icha. Tetapi kenyataanya hingga
pelajaran berlangsung, Icha tidak kunjung datang. Melihat Tara sedari tadi bengong
melulu, Dion mengagetkanya, " Woy...ngapain elu sob? Bengong melulu kaya
kamping conge.
Kalo elu punya masalah sher dong ke gue".
"Sory gue bengong. Makasih Dio, tapi gue harus nyelesain
masalah
gue sama someone itu dengan tanggan gue sendiri", jawab
Tara.
" Oh ya udah kalo gitu, good luck deh. Semoga semua
problem lu bisa cepet clear and lu ga
bengong mulu. Kaya gak ada kerjaan aja elu bengong mulu sob", ujar Dion.
" Thanks Dio", jawab Tara singkat.
Hari itu Icha tidak masuk sekolah. Ribuan
sms Tara sekedar menanyakan kabar Icha telah Tara kirim untuknya. Tetapi tak
satu pun balasan yang Tara dapat. Jam demi jam Tara lewati dengan melamun,
memutar kembali kejadian dikantin. Dimana saat itu air mata Icha yang tak
tertahan membasahi pipinya. Kemudian Tara pergi ke ruang makan, tepat di meja
makan terdapat roti dan selai kacang yang mengingatkan indahnya senyum Icha
ketika sedang menyantap roti dengan selai kacang. Lalu Tara mengambil roti itu
dan mengolesinya dengan selai kacang sambil membayangkan binaran mata indah
Icha dan cantik wajahnya. Dimakanya roti selai kacang itu, tapi entah mengapa
roti dengan selai kacang itu terasa berbeda.Tara tidak bisa merasakan manisnya
roti selai kacang itu. Rasanya hambar, tak sama rasanya ketika berdua dengan
Icha. "Cha kenapa pas gue pengen makan roti selai kacang ini gue ga bisa
nikmatin roti ini tanpa elu Cha? Kenapa roti ini terasa hambar? Apa rasa roti
ini mencerminkan rasa sedih gue tanpa kehadiran elu?" tanya Tara dalam
hatinya.
Sore hari menjelang. Tara pergi keluar
rumah untuk berjalan-jalan menghibur dirinya yang sedang sedih. Ia pergi
ketaman melihat anak-anak kecil yang riang bermain. Tetapi itu tidak cukup
untuk membuat Tara tersenyum. Tiba-tiba langit di angkasa berubah menjadi
kelabu, awan mendung pun datang. Tara tidak memperdulikan lagi hujan akan
datang. Secara tak sengaja Tara melihat Icha yang bersama teman-temanya
beranjak pulang.
Tara memangil Icha," Cha..! Icha..! Gue mau
ngomong".Mendengar Tara memangil Icha, teman-teman Icha menyarankanya untuk
menemui Tara dan mereka menunggu di depan gerbang taman. Akhirnya Tara berhasil
menemui Icha, dan ia menggenggam kedua tangan Icha
dan mencurahkan semua isi hatinya.
" Cha kenapa lu ngehindar dari gue? Kenapa lu gak kasih
kabar ke gue?
Kenapa Cha?" tanya Tara dengan serius.
Tiba-tiba Icha menangis, air matanya tak kuasa ia bendung
lagi.
Saat itu juga hujan datang dengan deras membasahi mereka
berdua.
" Cha kenapa elu sekarang menangis?
Elu tau, Gue sedih banget ketika elu ga masuk dan ga mau
ketemu sama gue. Pikiran gue kacau. Gue gelisah. Gue ga bisa tidur. Gue ga bisa
kehilangan elu. ", ujar Tara bertubi-tubi.
Mendengar semua perkataan Tara Icha semakin tersedu-sedu.
"Tar, gue ga bisa jawab pertanyaan elu, gue ga bisa
njelasinya. Gue ga sanggup Tar..", jawab Icha dengan tangis
" Tapi kenapa Cha? ", tanya Tara.
Akhirnya Icha melepaskan genggaman Tara dan berlari
menjauhinya. Hujan semakin deras dan petir menyambar-nyambar. Tinggalah Tara
sendiri ditaman. Rasa dinginya hujan terkalahkan oleh kesedihanya yang teramat
dalam. Dan ia akhirnya menjatuhkan air mata bersama dengan deraian air hujan.
Dua hari kemudian. Terdapat sebuah
surat berwarna biru muda di atas meja Tara. Dibukan surat itu oleh Tara.
Tenyata surat itu dari Icha dan Tara membaca surat itu dengan seksama.
Tara ..
Maaf banget atas
kejadian di kantin dan di taman.
Maaf karna gue ga
ngebales sms lu..
Maaf gue pasang
muka cemberut sama lu..
Gue ga bisa jawab
dan ngejelasin semua pertanyaan elu ditaman.
Gue ga sanggup
Tara....
Gue gak sanggup
bikin lu kecewa..
Gue juga sayang
sama elu...
Tapi gue harus
pergi...
Maaf Tara.....
Jangan pernah
lupain gua ya Tar..
si gadis selai kacang.
Icha..
Membaca
surat dari Icha ingin rasanya Tara berteriak dan menangis. Tetapi ia mencoba
menahanya sekuat tenaga. Ketika Tara selesai membaca surat dari Icha dan
menyimpanya di kantong celananya.
Lidya teman sebangku Icha datang dan berkata," Tar sabar
ya, ga ada maksud Icha buat elu jadi sedih.Dia emang harus pergi keluar kota
ikut orang tuanya. Tapi Icha tuh sayang banget sama elu Tara".
" Makasi ya Lidya", jawab Tara.
Beberapa minggu kemudian, Tara kembali tersenyum lagi seperti
dulu. Ia akan tetap menyimpan surat dari Icha dilemarinya hingga ia bisa
bertemu lagi denganya.
Tiga tahun berlalu, sekarang ia berada di kelas XII di SMA. Tara
telah berkali-kali jatuh cinta dan merasakan indahnya cinta. Kenanganya bersama
Icha tidak membuatnya trauma akan cinta. Ia menganggap Icha adalah cinta
pertamanya yang tak akan pernah ia kupakan. Walaupun itu menyedihkan, tetapi
tetap ia nikmati kenangan bersama Icha. Tetapi ada satu hal yang tak bisa
berubah hingga saat ini, Mengapa roti dengan selai kacang ini tetap terasa
hambar?