Chapter one: Malam, Kenangan... Sepi
“ Sepi,,, mengapa hanya perasan itu yang selalu ku rasakan.
Uhh aku bosan sendiri. Hanya bisa menatap orang-orang yang ku
sayang dalam foto.
Mama, Papa, sudah beberapa tahun tak kunjung pulang. Kak Jemmy
yang berjanji menemaniku, sampai saat ini meninggalkanku dan tak pernah kembali.
Apakah aku akan selalu sendiri? ” ucap
Rachel.
Matahari mulai kembali keperaduanya dan langit pun mulai
berwarna jingga. Rachel duduk termanggu menatap senja yang perlahan menggelap.
Beranjak dari balkon kamar, Rachel membuka album foto, mencoba mengingat
kembali masa-masa indah bersama keluaranya yang ia rindukan.
“ Non Rachel, makan malam sudah siap non” seru Bi Asih dari luar
kamar
“ Iya Bi, tunggu sebentar. Rachel turun sebentar lagi” jawab
Rachel.
“ Midnite, ayo kita turun. Bi Asih sudah menunggu kita di ruang
makan ” kata Rachel pada Midnite.
Rachel keluar dari kamarnya dan segera menuju ke ruang makan,
“ Bibi sudah siapkan makanan kesukaan Non Rachel ”, kata Bi
Asih.
“ Wah lezatnya… ”, sahut Rachel.
“ Ayo Non cepat di makan, nanti keburu dingin”, Bi Asih sambil menyajikan makanan.
“ Hmmm… sup asparagus buatan Bibi memang yang paling lezat”,
puji Rachel.
“ Terimakasih Non “, Bi Asih tersenyum.
“ Bi, apakah rumah ini terlalu besar untuk kita huni? Ataukah
rumah ini terlalu sepi? Terkadang Rachel merasa hidup sendiri ”, keluh Rachel.
“ Non Rachel jangan merasa begitu “, jawab Bi Asih
“ Apakah Mama dan Papa melupakan Rachel di sini. Apakah mereka
tak tahu bahwa Rachel selalu merindukan mereka?” tanya Rachel.
“ Non Rachel jangan berprasangka seperti itu. Bersabarlah Non,
suatu saat pasti orang tua Non Rachel pasti akan pulang”, ujar Bi Asih sambil
menuangkan secangkir teh untuk Rachel.
“ Rachel merasa mungkin Bi Asih lebih menyayangi Rachel di
bandingkan dengan Mama “, ucap Rachel.
“ Non Rachel tidak boleh berkata begitu. Bibi sudah merawat Non
bagaikan anak Bibi sendiri. Walaupun begitu, orangtua Non Rachel pasti juga
menyayangi Non sama seperti Bibi. Sudah-sudah Non Rachel jangan bersedih lagi ”,
hibur Bi Asih.
“Terimakasih Bi, teh bunga krisan buatan Bibi selalu bisa membuat
Rachel merasa tenang”, ucap Rachel.
Ketika tengah malam datang. Rachel
yang tengah bersiap untuk tidur, membuka lebar pintu kamarnya dan berhembus
angin malam menyempurnakan keheningan malam. Ia memandangi langit yang begitu kelam, tak ada
satupun bintang yang bersinar malam itu. Hanya bulan yang temaram di telan
gelap. Dalam benaknya, terputar kembali masa-masa Rachel bersama Jemmy, sepuluh
tahun yang lalu………
“ Dooor..!!! “ Rachel mengejutkan Jemmy yang sedang duduk,
membaca bukunya di bawah pohon besar.
“ Kak Jemmy, kita main petak umpet yuk… “, ajak Rachel.
“ Bermain petak umpet? “, tanya Jemmy heran.
“ Iya, kita bermain petak umpet. Bukit ini sangat luas. Pasti
sangay mengasyikan jika kita permain petak umpet. “, kata Rachel.
“ Baiklah, tetapi siapa yang akan berhitung? Rachel atau Kak
Jemmy? “, Tanya Jemmmy.
“ Rachel yang akan
berhitung hingga sepuluh. Kak Jemmy harus bersembunyi, lalu Rachel akan mencari
Kak Jemmy”, seru Rachel antusias.
“ Baiklah ” Jemmy tersenyum sambil mencubit pipi Rachel.
“ Oke, Rachel akan mulai berhitung.
Satu… dua… tiga… “
Saat Rachel mulai berhitung , Jemmy segera mencari tempat bersembunyi.
Setelah berlari beberapa meter, ia menemukan rerimbunan ilalang. Jimmy merunduk
dan merangkak masuk ke dalam rerimbunan ilalang.
“ Kak Jemmy sudah
bersembunyi... Ayo cari Kak Jemmy..!! “, teriak Jemmy pada Rachel.
“ Delapan… Sembilan… sepuluh… Rachel sudah selesai menghitung.
Sekarang Rachel akan mencari Kak Jemmy”, seru Rachel.
“ Kak Jemmy, dimana ya kak Jemmy”. Rachel terus mencari Jemmy.
Melihat Rachel berjalan semakin dekat menuju ke tempat
persembunyianya, ia mundur perlahan sambil tetap memperhatikan Rchel dari celah
rerimbunan ilalang, masuk lebih dalam. Jemmy yang tak sadar bahwa terdapat lembah
curam di belakangnya, tiba-tiba terjerembab, ia tertimpa bebatuan yang jatuh
dari atas, kepalanya terbentur batu yang membuatnya pingsan, tak sadarkan diri.
“ Kak Jemmy… dimana kak Jemmy…? “, teriak Rachel sambil mencari
Jemmy. Ia terus mencari Jemmy, sambai akhirnya lelah dan menyerah.
“ Kak Jemmy. Rachel sudah lelah mencari. Sekarang Kak Jemmy
boleh keluar. Kita sudahi permainan ini. Rachel lelah ”, ucap Rachel kelelahan.
“ Kak Jemmy, Kak Jemmy ayo keluar dari persembunyian Kakak ”,
seru Rachel memanggil Jemmy untuk keluar dari tempat persembunyianya.
Jemmy tak juga muncul. Rachel mencari Jemmy yang ia kira masih
bersembunyi. Ia terus mencari sambil tetap memanggil-manggil namanya yang tak
kunjung muncul.
“ Kak Jemmy, Kak Jemmy dimana…? ayo cepat keluar. Rachel sudah lelah
mencari Kak Jemmy”, ucap Rachel kelelahan. Tiba-tiba rintik hujan turun dan
semakin deras membasahi tubuh Rachel.
“ Kak Jemmy, ayo cepat keluar Kak, hujan mulai turun”, seru
Rachel sambil berlari mencari tempat berteduh.
Hujan turun semakin
deras, langit pun menghitam, dan petir bersaut-sautan. Rachel berteduh di pohon
besar memeluk buku Jemmy. Seluruh tubuhnya basah, badanya menggigil kedinginan,
Rachel menangis ketakutan sambil tetap menunggu Jemmy.
“ Kak Jemmy dimana? Rachel takut, Rachel kedinginan.. cepat ke
sini Kaak… ”, ucap Rachel menangis.
Beberapa jam kemudian, hujan mereda.
Di bawah pohon besar, Rachel masih menangis, menggenggam buku Jemmy dalam
pelukanya dengan tubuh yang basah. Terlihat samar dari kejauhan, Jemmy dengan
pakaian yang basah, kotor dan tubuhnya berlumuran luka, Sambil memegang
keningnya yang berdarah Jemmy berjalan dengan pincang menuju Rachel. Rachel
yang melihat Jemmy dari kejauhan langsung berlari menuju Jemmy dan memeluknya.
“ Kaaak Jemmy… mengapa tadi Kak Jemmy tak kunjung datang?
Rachel sangat takut ”, ucap Rachel sambil memeluk Jemmy.
“ Rachel pikir tadi Kak Jemmy menghilang.. Rachel takut
sendirian. “, seru Rachel yang menangis dan mengeratkan pelukanya ke Jemmy.
“ Maafkan Kak Jemmy. ”,
ucap Jemmy menenangkan Rachel.
“ Kak Jemmy kenapa? Mengapa tubuh Kak Jemmy penuh luka? “, tanya
Rachel.
“ Kak Jemmy tidak apa-apa kok. “, jawab Jemmy sambil menahan
sakit.
Rachel tidak mau Kak Jemmy menghilang dan pergi”, ucap Rachel
“ Rachel,, dengarkan Kak Jemmy.
Kak Jemmy tidak akan meninggalkan Rachel lagi. Kak Jemmy akan selalu ada di samping Rachel. Jadi
Rachel tidak perlu lagi takut sendiri. Kak Jemmy berjanji ”, janji Jemmy sambil
nggulurkan jari kelingkingnya.
Rachel menyambut jari kelingik Jemmy, “ Tetapi kening Kak Jemmy
berdarah.. ”, ucap Rachel yang menangis kembali.
“ Sudah-sudah, Rachel jangan menangis, Rachel akan terlihat
cantik jika berhenti menangis.. Kak Jemmy tidak apa-apa kok. Sekarang kita cepat
pulang”, ujar Jemmy sambil menggenggam tangan Rachel erat, lalu berjalan
bersama………
Dinginnya angin yang berhembus
menyadarkan kembali Rachel dari lamunan masa kecilnya bersama Jemmy. Sambil
menggenggam foto Jemmy dalam peluknya, Rachel menarik selimutnya dan bersiap
untuk tidur.
“Kak Jemmy akan Selalu ada di samping Rachel, dan tak akan
meninggalkan Rachel lagi”
“ Tapi sekarang ketika Rachel sendiri,
ketika Rachel takut, ketika Rachel butuh, Kak Jemmy tak ada di
samping Rachel”
“ Rachel tidak bisa memeluk Kak Jemmy”
“ Rachel tidak bisa menangis di pelukan Kak Jemmy”
“ Kini Rachel sendiri.. Rachel kesepian..”
“ Rachel kangen dengan pelukan Kak Jemmy”
“ Rachel kangen dengan suara lembut Kak Jemmy”
“ Rachel Kangen akan wangi tubuh kak Jemmy”
“ Akan kah Rachel selalu sepi?”
“ Apakah Kak Jemmy masih hidup?”
“ Dimana Kak Jemmy sekarang?? “
“ Rachel butuh Kak Jemmy”, ucap Rachel lirih dan membawanya
dalam tidur yang lelap…
0 komentar:
Posting Komentar