Chapter two: Ice Princess
Di pagi yang cerah, Rachel bersiap
pergi sekolah.
“ Pak Dim, semuanya sudah siap pak? Kita berangkat ke sekolah
sekarang. ” Kata Rachel
“ Siap Non” ujar Pak Diman. Pak Diman adalah supir pribadi milik
Rachel yang selalu mengantarnya kemanapun ia inginkan. Di dalam perjalanan
menuju sekolah..
“ Pak Dim, Rachel mau cerita sesuatu ”, kata Rachel kepada Pak
Diman yang sedang menyetir.
“ Cerita tentang apa Non? “, tanya Pak Diman.
“ Tadi malam, Rachel memimpikan Kak Jemmy. Di dalam mimpi
Rachel, Rachel bersama Kak Jemmy sedang menunggu matahari terbenam di bukit
belakang Villa. Kami berdua merebahkan tubuh, menatap langit. Rachel menatap
wajah Kak Jemmy, dia memejamkan mata sambil tersenyum. Ketika Rachel menayakan
kabar dan alasanya meninggalkan Rachel, Kak Jemmy memandangi Rachel dalam
sambil membelai rambut Rachel. Saat Rachel ingin memeluk tubuh Kak Jemmy,
tiba-tiba ia menghilang, meninggalkan Rachel lagu, lalu Rachel terbangun “,
Rachel membendung air matanya.
“ Bagaimana kabar Kak Jemmy sekarang? Apakah ia baik-baik saja?
“, tanya Rachel.
“ Den Jemmy pasti baik-baik saja “, jawab Pak Diman.
“ Non Rachel sudah tujuh tahun tidak pernah lagi mengunjungi
villa semenjak Den Jemmy pergi. Apakah Non Rachel tidak mau mengunjungi untuk
sesekali? ”, tanya Pak Diman.
“ Mengunjungi Villa, membuat Rachel selalu teringat Kak Jemmy. Mungkin
belum saatnya Rachel mengunjungi Villa ”, jawab Rachel
“ Pak Dim, Apakah pohon
besar di bukit belakang Villa masih ada ? “, tanya Rachel.
“ Tentu Non. Pohon besar di bukit belakang Villa masih tetap
tumbuh sama seperti tujuh tahun lalu. ”, jawab Pak Diman.
“ Syukurlah, Rachel juga rindu bermain di bukit belakang Villa”,
ucap Rachel.
“ Non, kita sudah sampai di sekolah”, kata Pak Diman.
“ Pak Diman, nanti jemput Rachel seperti biasanya ya Pak”, kata
Rachel.
“ Baiklah Non, nanti Pak Diman jemput pada pukul 16.30 ”, jawab
Pak Diman.
“ Baiklah, Terimakasih ya Pak “ ucap Rachel kepada Pak Diman
yang dibalas dengan anggukan kepala Pak Diman di Dalam mobil yang melaju keluar
area sekolah.
Rachel bergegas menuju ke ruang loker. ketika
Rachel berjalan menuju ruang loker, ia melewati lapangan basket dan melihat Gio
dan teman-temanya sedang bemain basket.
“ Hai Rachel, bagaimana kabarmu hari ini, cantik? “, Tanya Gio
seraya merayu.
“ Kabarku baik, dan aku yakin hari ini semua akan berjalan
sesuai dengan baik.
Apakah kau sudah mengerjakan tugas Geometri? Bukankah kau harus
menghadiri kelasnya saat ini? ”,
Tanya Rachel
“ Astaga !! kau benar.. guru Killer itu. Aku harus menghadiri
kelasnya sekarang juga”, jawab Gio. Dengan segera Gio menghentikan permain dan
merapikan dirinya lalu ia menghampiri Rachel.
“ Oh ya Chel, sebelum kau
ke kelas jangan lupa periksa lokermu hari ini. Aku mempunyai sesuatu di lokermu…
Bye-bye Rachel ” ucap Gio sambil
berlari dengan terburu-buru menuju kelas.
Di ruang loker, Rachel menemukan
setangkai mawar merah cantik dengan sepucuk surat di dalam lokernya.
“
A beauty flower for beautiful Girl… From
your admirer “
Gio…
Apatis, itulah yang tersirat dari ekspresi Rachel saat melihat
bunga dan membaca surat Gio di lokernya. Sebesar apapun usaha Gio untuk
lakukan, tidak akan dapat meluluhkan dinginya hati Rachel.
“ Lelaki bodoh, dia pikir setangkai bunga dapat meluluhkan
hatiku?! ” ucap Rachel, lalu membuang bunga mawar dan merobek surat kecil dari
Gio.
Di akhir jam pelajaran.. “ oke anak-anak, pelajaran cukup sampai
di sini.. sekarang saya akan memberikan tugas kelompok untuk kalian semua…
tugas paper kali ini berkaitan dengan peradaban manusia prasejarah. Deadline
tugas 1 minggu, di kirimkan ke email saya. Sekian pertemuan kita hari ini “
papar Bu Anggie di depan kelas. Kelas pun berakhir.
“ Hai Rachel.. apakah kau mau mengerjakan tugas bersama ku? “,
kata Nina menawarkan.
“ Maaf, aku bisa mengerjakan tugas ini sendiri. Aku tidak
membutuhkan pertolongan orang lain “, jawab Rachel.
“ Ohh, begitu… “, ucap nina dengan kecewa.
“ Aku harus segera ke suatu tempat, bisakah kau tidak menutupi
jalanku? “, kata Rachel.
“ maafkan aku ”, sesaal Nina.
Bel berbunyi, jam pelajaran telah selesai. semua siswa merapikan
buku dan alat tulis mereka lalu bersiap pulang. Belum sempat Rachel keluar dari
kelas, secara tiba-tiba Gio menghadangnya,
“ Chel, kamu sudah melihat lokermu?” tanya Gio
“ Ahh kau mengagetkanku.. Sudah, memangnya kenapa?” jawab Rachel
terkejut.
“ Apakah kau menemukan sesuatu?” tanya Gio tersipu.
“ Hmm… aku menemukan setangkai bunga mawar merah yang sangat
indah di lokerku. Apakah itu dari mu? ”, tanya Rachel manis
“ Ya, Apakah kau menyukainya?” tanya Gio.
“ Tentu, aku sangat menyukainya. Aku akan menyimpan mawar indah
itu ”, jawab Rachel yang menggetarkan hati Gio.
“ Aku senang jika kau
menyukai mawar itu. Hmm maukah kamu pulang bersama ku?” sahut Gio
“ Oh Gio, terima kasih atas tawaranya tetapi maaf, Pak Diman
telah menunggu ku”. Jawab Rachel
“ Baiklah kalau begitu, aku tidak akan memaksa mu. Hati-hati
Rachel ” ucap Gio kecewa.
“ Terima kasih Gio. Di
lain waktu, aku tidak akan melewatkan kesempatan untuk berdua bersama mu”,
jawab Rachel dengan kerlingan mata yang menggoda.
“ Baiklah aku akan menunggumu.. bye Rachel.. “, ujar Gio.
Bukanlah hal yang sulit bagi Rachel menolak rayuan dan tawaran
Gio. Rachel hanya berpura-pura baik di
depan Gio hanya demi citranya, walaupun sesungguhnya Rachel sangat tidak
menyukai Gio.
“ Lelaki tak berguna. Hanya membuang waktuku saja”, ucap Rachel
kesal dalam hati.
Di lapangan, Gio menghampiri Drew
dan Frans yang sedang bermain basket.
“ Hei bro, bagaimana usahamu hari ini? Berhasilkah? “, tanya Frans.
“ Hahaha, dari raut wajah lu telah terlihat sebuah kekalahan.. “
selak Drew. “ Apa yang ngebuat lu sangat patang menyerah untuk ngedapetin si Ice Princess? Hah? “
“ Apa loe bilang? Kekalahan?! Gio tidak akan pernah kalah, suatu
saat nanti Rachel akan bertekuk lutut dihadapan gue, semua usaha gue akan
terbayar “, jawab Gio.
“ well, gue tunggu
apakah Casanova Prince bisa meluluhkan
hati Ice Princess. Atau akankah teman
kita kali ini akan gagal meraih obsesinya?? Haha “, tantang Drew.
“ Berani taruhan apa lu kalo gue berhasil ngedapetin Rachel?? “,
tantang Gio balik.
“ Oke kalo lu berhasil ngedapetin dia seperti cewek-cewek yang
berhasil lu taklukin sebelumnya, gue bakal ngetraktir dan jadi supir lu berdua
selama sebulan. Bagaimana Tuan Muda, Deal..?!
“, jawab Drew.
“ Oke gue bakal buktiin ke lu berdua, dan lu Drew siap-siap aja
lu jadi supir kita berdua minggu depan.. “, ujar Gio percaya diri.
“ Sudah-sudah, mari kita sudahi perdebatan di sore hari ini..
bagaimana jika kalian berdua gue traktir hangout
malem ini, gimana?! Gue bosan mendengar kalian berdua berdebat “, kata Frans
menengahi.
“ Oke cepet kita pergi hangout..
udah suntuk banget gue “, ucap Gio.
“ Weits bro, lu gak suntuk gara-gara gue kan?? Hahaha “, kata
Drew.
“ Oke sekarang kita naik mobil gue, suruh supir-supr kalian buat
mengambil mobil klian masing-masing di parkiran “, ujar Frans.
Rachel bergegas menuju lobby
sekolah, di koridor sekolah secara tak sengaja ia bertabrakan dengan Nina. Nina
terjatuh, buku-buku yang ia bawa berserakan di sekelilingnya.
“ Hei kau ! Sudah pakai kacamata, masih saja menabrak orang
sembarangan ! ” teriak Rachel pada Nina
“ Ma…maafkan aku”, ucap Nina tertunduk
“ Cepatkau bereskan semua buku-buku mu dari jalanku..! ”
perintah Rachel.
Secara mengejutkan, Sisyl yang memperhatikan Rachel dan Nina
dari kejauhan datang.
“ Astaga Nina, apakah Rachel meyakiti hatimu? ” kata Sisyl sambil
membatu Nina membereskan buku-bukunya.
“ Aku tidak apa-apa kok Syl”, jawab Nina.
“ Benarkah?! Kalau begitu, cepat pergi dari sini”, ucap Sisyl
sambil mengusir Nina.
“ Tapi, aku tidak bisa melihat dengan jelas tapa kacamataku. Aku
tidak bisa menemukanya “, kata Nina
“ kacamata mu?! Oh itu dia.. “
Sisyl menemukan kacamata Nina, dan menginjaknya dengan sengaja, “
Ups, maaf.. aku telah menginjak kacamatamu “
“ Cepat pergi sekarang juga..!! “, teriak Sisyl.
Nina pergi dengan menahan tangis akibat perlakuan Sisyl
kepadanya.
“ Halo, putri yang bermuka dua”, sapa Sisyl
“ Mau apa kau dengan ku? Aku tak punya waktu berurusan dengan
orang seperti mu”, jawab Rachel ketus.
“ Apakah sekarang kamu sedang sibuk membunuh rasa sepimu tuan putrid yang pintar merayu?”, tanya Sisyl
menyindir.
“ Apa maksud ucapanmu..!!
”, cerca Rachel.
“ Tuan putri yang manis dan baik hati, berhentilah kau mengoda
pada Gio”, kata Sisyl.
“ Betapa lucunya dirimu Sisyl. Gio yang selalu merayuku selama
ini”, jawab Rachel.
“ Hahahaha, apakah kau berharap Gio untuk merayu mu? Betapa menyedihkanya
dirimu”, ucap Sisyl sambil tertawa kecil.
“ Apa yang kau tertawakan?! Lagi pula apakah Gio salah memilih
aku yang jauh lebih baik dari mu?” serang Rachel.
“ Apa yang katakana tadi?! Apa maksudmu kau lebih baik dariku?!”,
Ucap Sisyl tak terima.
“ Sudahlah, waktuku terbuang percuma untuk berdebat dengan orang
yang tak sepadan dengan ku. Aku harus pergi mengejar sesuatu yang lebih berarti
dari pada harus berdebat dengan orang seperti mu”, seru Rachel seraya
melangkahkan kakinya meninggalkan Sisyl dan gerombolanya.
“ Tutup mulutmu Rachel!! Aku tak terima dengan semua ucapanmu!
Akan kubalas kau suatu saat nanti!”, teriak Sisyl.
“ Akan ku tunggu saat itu, aku takan pernah takut padamu!” jawab
Rachel dari dalam mobilnya.
Setelah kejadian diantara Sisyl dan
Rachel di sore hari itu, terjadilah sebuah perang dingin diantara mereka
berdua. Kedua orang yang mempunyai pengaruh di lingkungan sekolanya ini telah
mengimbaskan konflik mereka ke semua siswa..
Menyebar bagaikan partikel debu yang tertiup angin.
0 komentar:
Posting Komentar