Pages

Sabtu, 03 Maret 2012

Selai Kacang yang Terasa Hambar

Selai Kacang Yang Terasa Hambar
oleh  Ez

 Tara adalah cowok pendiam dan cenderung introvert. Ia baru saja naik ke kelas IX  yang berarti kelas paling senior. Dibandingkan dengan teman-tamanya yang telah merasakan apa itu jatuh cinta. Tara sampai saat ini masih belum paham betul akan apa itu cinta dan bagaimana rasa cinta yang seharusnya telah ia rasakan sebagai efek samping dari masa pubertas. Mungkin saja Cupid terlambat menyemaikan perasaan cinta di hatinya.

Kelas baru, teman baru. Seperti biasanya, hari pertama masuk adalah hari santai dimana kegiatan belajar mengajar belum efektif berjalan sehingga banyak siswa yang ‘berhamburan’ dimana-mana. Tara berjalan menuju kantin untuk membeli minuman dingin karna cuaca saat itu sangat panas ditambah keadaan kantin yang ramai membuat suhu udara bagaikan di padang pasir. Ia melihat Teh botol dingin yang hanya tinggal satu di lemari es,ketika ia ingin membelinya,"mbak, Teh botolnya mbak". Ada orang cewek yang berbicara sama dengan apa yang ia katakan dalam waktu yang sama. Secara otomatis mbak penjaga kantin bingung dan agak kaget. Begitu pula dengan mereka berdua.
"Udah jangan berebut, teh botolnya tinggal satu nih.
Mendingan kalian berdua suit, siapa yang menang boleh beli teh botolnya". Saran mbak penjaga kantin.
"Gak usah suit, gua ngalah. Elu keliatan lagi haus banget.
Mbak teh botolnya buat dia aja". Ujar Tara.
"eh makasih ya! Tau aja gue emang lagi haus banget.
Makasih banyak ya, elu beli air mineral gelas aja.
Tuh mulut lu udah kering.. Da..dah". Ucap cewek itu.
Dengan menundukan wajahnya dan menatap sayu air mineral gelas di genggamanya, Tara telah membiarkan cewek itu membeli teh botol yang ia idam-idamkan.

  Bel berbunyi, seluruh siswa masuk ke kelas barunya masing-masing untuk bertatap muka dengan walikelas yang baru. Tara duduk sebangku dengan Dion,teman sekelasnya. Ketika Tara duduk dibangkunya, ia terkejut ternyata seseorang yang duduk disebelahnya adalah cewek yang ia temui di kantin tadi.


"eh elu 'cowok air mineral'.. Elu di kelas ini juga.
Wah..  ga nyangka gue sekelas dengan 'cowok air mineral'", Celetuk si cewek.
"eh ketemu lagi kita,he..he..he", balas tara dengan ekspresi yang datar dan tawa sekenanya.
"Nama gua Icha.. gua dulu anak kelas 8.5. Nama elu siapa?",kata Icha memperkenalkan diri.
" Gue Tara, anak 8.4",jawab Tara.
" Loh berarti dulu kita tetanggaan dong?!
Kok gua ga pernah ngeliat elu yah dulu?" seru Icha
." gua jarang keluar kelas. Jadi banyak orang yang engga kenal gue. Gue bukan anak yang populer" jawab Tara merendahkan diri.
Akhirnya walikelas mereka datang dan semua murid menyimak apa yang disampaikan oleh walikelas mereka yang baru.

 Semakin hari mereka semakin akrab. Mereka sering ngobrol dan shering. Tak jarang Icha curhat kepada Tara, karna ia mengganggap bahwa Tara adalah pendengar yang baik. Icha yang selalu curhat pada Tara membuat mereka berdua semakin dekat tapi terkadang Icha masih sering meledeknya Tara 'cowok air mineral’. Semenjak berteman dengan Icha, Tara mulai menjadi sosok yang terbuka dan mereka sering menghabiskan waktu bersama. Saat jam istirahat,  di kantin sekolah, mereka menghabiskan waktu makan siang bersama.
"Cha, gue perhatiin kayaknya elu suka banget ya sama roti dan selai kacang?" tanya Tara penasaran.
" Iya, dari kecil gue suka banget sama selai kacang " jawabnya.
"eh itu di bibir lu ada selai kacangyan ”, seru Tara sambil member tissue ke Icha.
“ makasih “, ucap Icha sambil tersenyum manis.
Entah mengapa ketika dia memandang wajah Icha yang cantik, hatinya berdebar-debar dengan cepat. Suhu badanya naik dan matanya terpaku pada kecantikan Icha. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh tepukan tangan Icha di tangannya,
" Tar, kenapa benggong?! ".
" Eh.. maaf. Gak kenapa-napa kok.. hehehe", jawab Tara dengan terkejut.

 Entah mengapa kejadian tadi dikantin terus terbayang-bayang setiap saat di pikiran Tara. Binar matanya, simpul manis senyumnya, indah rambutnya, semuanya tergambar sempurna dibenak Tara. Tara bertanya-tanya ada apa dengan dirinya.
Kesokan hari semuanya berjalan seperti biasa dan. Tetapi megapa dari 3 hari yang lalu sampai sekarang Icha tidak jalan bersama, mengobrol atau ber'sms'an denganya? Dengan cuek Tara berfikir mungkin saat ini Icha sedang tidak mempunyai masalah atau bahan obrolan denganya. Saat Tara beranjak tidur, tiba-tiba handphonenya berbunyi. Dengan mata yang melek segan merem tak mau Tara mengangkat telphonya.
"Halo? Ini siapa?" tanya Tara dengan mata sayup.
"Tar... ini gue Icha...hiks hiks" jawab Icha tersedu-sedu. Terkejut Tara mendengar isak tangis Icha,
"Loh Cha lu kenapa? Kok tiba-tiba nangis begitu?".
"Tar,, gue diputusin pacar gue..hiks..hiks", jawab Icha.
" Udah, cup..cup..cup jangan nangis lagi, kan ada gue. ", sahut Tara mencoba menenangkan Icha.
" Tapi gue sayang banget sama pacar gue, kenapa dia nyakitin dan mutusin gue?", gerutu Icha.
"Udah ga usah dipikirin, itu berarti pacar lu bukan yang terbaik untuk lu..
Sekarang lu berenti nangis, mending lu tidur, udah malem. Nanti cantiknya hilang looh ", jawab Tara.
“ hehe.. yaudah Tar, makasih banyak ya udah mau ngangkat telphon gue tengah malem gini.
Selamet malem ya Tara..“ jawab Icha.
Sejak kejadian itu Icha merasa Tara bukan sekedar pendengar yang baik, tetapi juga ia dapat menenangkan hatinya yang sedang gundah.

          Mereka semakin dekat. Bagi Icha Tara lebih dari sahabat spesial. Mereka sering bercanda dan jalan bersama kesuatu tempat. Saat Tara sedang menikmati makanan yang ia pesan di kantin, sendiri.
 Icha menghampirinya lalu duduk dan membuka kotak bekal yang selalu ia bawa dari rumah.
"Tar mau brownies kacang mete buatan gua ga?
Dijamin enak loh", seru Icha.
" Bener nih enak? “, ledek Tara.
" Ya enak lah, ini brownies special tau “, sahut Icha agak kesal.
" Oke gue coba browniesnya tapi kalo ga enak, awas ya ", canda Tara.
" Eh sebelum itu, gue pengen ngomong sesuatu sama elu" ucap Icha dengan nada serius.
" Ngomong aja ga usah pake ijin segala", sahut tara sambil melahap brownies buatan Icha.
"Gini Tar gue ngerasa kok elu berubah lebih....",belum selesai Icha berbicara.
"Berubah gimana? Emangnya gue Power Ranger?! ", sela Tara.
" To the point aja deh,, gua suka elu" sahut tegas Icha yang tersipu malu.
“ Uhuk.. uhuk.. “ Sangat terkejut Tara mendengar perkataan Icha sampai-sampai brownies di dalam mulutnya tidak bisa tertelan dan membuatnya tersedak. Ketika Tara masih dalam keadaan terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa, Icha menutup mulutnya.
 "Ssst.. ga usah dijawab sekarang. Gue ngerti kok", ucap Icha singkat lalu dengan cepat Icha mengecup pipi Tara.
Muka Tara merah merona, bibirnya kelu tak dapat berkata-kata.
"Udah ga usah melongo gitu, kunyah tu brownies di mulut lu.
Gue ke kelas dulu ada urusan sama temen gue", ucap Icha lalu beranjak pergi menuju kelas.

Di dalam benak Tara muncul pertanyaan “ Apa benar Icha suka sama gue??? “ . Sedangkan mantan-mantan Icha terdahulu tergolong cowok-cowok populer. “ Tapi kan gue bukan cowok populer?? “ . Lalu ia mengambil kesimpulan dan berkata dengan cuek,
" Ah Icha mungkin hanya bercanda. Dia cuma mau meledek gue aja. Dasar gadis selai kacang".

           Keesokan harinya Icha membawa dua buah kotak bekal, satu untuk Tara dan satunya untuk dirinya sendiri.
"Weh tumben-tumbenan ni bawain gua bekel, ada angin apaan nih?", ujar Tara.
" Emang gue salah bawain elu bekal? Kalo ga mau yaudah buat Pak Ujo aja di pos satpam!", jawab Icha dengan nada serius.
“ Dasar 'gadis selai kacang', gue kan cuma bercanda. Makasi yah, elu emang baik banget deh", ujar Tara.

Mereka berdua menghabiskan waktu istirahat dikantin bersama-sama. Setiap istirahat mereka berdua selalu bersama dan tak lupa juga Icha selalu membuatkan bekal untuk Tara. Kebiasaan ini membuat para Bigos (Biang Gosip) sekolah membicarakan hubungan spesial mereka berdua. Dengan cepat gosip-gosip tentang mereka berdua menyebar seantero sekolah hingga gosip ini pun sampai pada telinga para Guru. Ketika jam pelajaran BK (Bimbingan Konseling), Bu Yuny membahas tentang masalah percintaan di kalangan remaja. Secara otomatis teman-teman Tara dan Icha langsung menyindir mereka.
"Bu, dikelas ini ada yang baru jadian loh", seru Lidya teman sebangku Icha.
"Cie..cie..cie", seru semua murid dikelas.
“ Sstt Ldya..!! “, Icha membungkam mulut Lidya sambil mencubitnya.

"Ada apaan si Dio? Emang yang teman-teman bicarakan siapa?? ", tanya Tara kepada Dion dengan tampang blo'on.
"Halah lu Tar pake majang muka bego, gue uda tau kale. Ga perlu pura-pura, itu wajar kok", jawab Dion dengan nada meledek.
"Gua ga ngerti deh maksud lu Dio?", tanya Tara bingung.
"Ah elu yaudah kalo ga ngerti diem aja dah", sahut Dion.


Sudah satu bulan setelah Icha menyatakan perasaanya pada Tara, tetapi mengapa Tara tidak membalas pernyataan cinta kepadanya. Icha berfikir apakah Tara tidak mencintainya. Merasa cintanya bertepuk sebelah tangan semenjak itu Icha tidak lagi membawakan Tara bekal.
"Cha kotak bekal buat gue mana?", tanya Tara.
"Sekarang gue cuma bawa satu kotak bekal", jawab Icha.
"Hemm Yaudah kalo gitu", jawab Tara cuek lalu pergi memesan mie pangsit kesukaanya.

Satu hari penuh Icha memasang muka cemberutnya pada Tara. Dan keesokan harinya ketika Tara sedang melihat-lihat buku di toko buku favoritnya. Tanpa sengaja ia melihat Icha sedang makan bersama lelaki lain di sebuah foodcourt tepat di depan toko buku itu. Entah mengapa perasaan tidak senang melihat Icha dengan lelaki lain menyelubungi hati Tara. Setelah melihat Icha dengan cowok lain, Tara langsung pulang dan mengurungkan niatnya membeli buku yang sudah ia incar selama sebulan terakhir. Di perjalanan pulang Tara merasa tidak senang ketika ia teringat Icha sedang makan bersama cowok lain. Ia merasa cemburu setengah mati. Sesampainya dirumah ia langsung bergegas menuju kamar dan membanting tubuhnya diatas kasur.
Ia berfikir sejenak, " Kenapa gue ngerasa cemburu pas ngeliat Icha makan ama cowok? Emang gue suka sama Icha, tapi apa gue cinta sama Icha?".

Dua hari berlalu Tara masih saja merasa cemburu. Saat bertemu Icha, ia langsung menghadang langkahnya dan bertanya dengan nada serius,"Cha elu udah punya cowok baru?".
"Enggak kok, emangnya kenapa kalo gue punya cowok baru?", jawab Icha.
"Cha...! Jangan bohong, lu uda punya cowok barukan?", seru Tara dengan nada tinggi.
"Ngapain sih elu nanya-nanya gitu sama gue, gue ga suka elu kaya gitu", jawab Icha lalu pergi.
Sejenak Tara merasa bersalah telah berbicara seperti itu kepada Icha. Lalu ia meminta maaf pada Icha.
"Cha gue minta maaf soal kemaren.
lu jangan marah ya sama gua" ucap Tara.
"Udah gue maafin. Gue ga suka elu begitu sama gue", jawab Icha santai.

Beberapa hari kemudian, tetap dimana Icha berulang tahun. Tara membulatkan tekad untuk mengutarakan perasaan cintanya tepat pada malam Icha berulang tahun. Ia mencoba menelfon Icha. Tetapi ia gagal tersambung oleh Icha, dan akhirnya ia hanya mengirimkan sms ucapan selamat pada Icha. Keesokan harinya, Tara terbangun dari tidurnya dikarenakan suara sms dihapenya. Ternyata Icha mengSMS dirinya,"Tar, tadi malem gue mimpi ditembak sama cowok. Gue seneng banget. Tapi yang gue sebel muka cowok itu ga bisa gue inget, tapi gue kenal banget sama dia. Kira kira siapa ya Tar?". Membaca SMS Icha, Tara merasa mendapat angin positif dari mimpi Icha dan Ia memberanikan diri untuk menembak Icha di sekolah.

          Ketika jam istirahat tiba, Tara bergegas mencari Icha dikantin dan ia menemukanya sedang duduk sendiri di meja paling pojok. Ia langsung menghampiri Icha yang sedang ngoles selai kacang kesukaanya pada roti tawar.
"Cha gue pengen ngomong serius sama elo", ujar Tara.
"Ngomong aja, ga usah sungkan sungkan", jawab Icha.
"Cha gue tau gue ini bodoh masalah cinta, gue ini cupu. Tapi saat gue ngeliat elu sama cowok lain,gue ngerasa cemburu setengah mati. Dan gue sadar bahwa selama ini gue suka sama elu . Cha. Gue cinta sama elu. I want you be my girl", ucap Tara dengan serius.

Mendengar pernyataan Tara, tiba-tiba Icha berlari menjauhi Tara. Seketika itu Semua perhatian orang di sekitar kantin tertuju pada mereka berdua. Kejadian itu membuat Tara sangat sedih, pikiranya terganggu. Semua yang ia kerjakan tak beres karna ia tidak dapat berkonsentrasi. Tidurnya gelisah, di dalam otaknya terdapat pertanyaan besar, mengapa Icha menghindar dan menangis begitu? Hampir semalaman suntuk Tara tak bisa tidur.

Keesokan harinya Tara datang kesekolah pagi sekali untuk berbicara empat mata dengan Icha. Tetapi kenyataanya hingga pelajaran berlangsung, Icha tidak kunjung datang. Melihat Tara sedari tadi bengong melulu, Dion mengagetkanya, " Woy...ngapain elu sob? Bengong melulu kaya kamping conge.
Kalo elu punya masalah sher dong ke gue".
"Sory gue bengong. Makasih Dio, tapi gue harus nyelesain masalah
gue sama someone itu dengan tanggan gue sendiri", jawab Tara.
" Oh ya udah kalo gitu, good luck deh. Semoga semua problem lu bisa cepet clear and lu ga bengong mulu. Kaya gak ada kerjaan aja elu bengong mulu sob", ujar Dion.
" Thanks Dio", jawab Tara singkat.

Hari itu Icha tidak masuk sekolah. Ribuan sms Tara sekedar menanyakan kabar Icha telah Tara kirim untuknya. Tetapi tak satu pun balasan yang Tara dapat. Jam demi jam Tara lewati dengan melamun, memutar kembali kejadian dikantin. Dimana saat itu air mata Icha yang tak tertahan membasahi pipinya. Kemudian Tara pergi ke ruang makan, tepat di meja makan terdapat roti dan selai kacang yang mengingatkan indahnya senyum Icha ketika sedang menyantap roti dengan selai kacang. Lalu Tara mengambil roti itu dan mengolesinya dengan selai kacang sambil membayangkan binaran mata indah Icha dan cantik wajahnya. Dimakanya roti selai kacang itu, tapi entah mengapa roti dengan selai kacang itu terasa berbeda.Tara tidak bisa merasakan manisnya roti selai kacang itu. Rasanya hambar, tak sama rasanya ketika berdua dengan Icha. "Cha kenapa pas gue pengen makan roti selai kacang ini gue ga bisa nikmatin roti ini tanpa elu Cha? Kenapa roti ini terasa hambar? Apa rasa roti ini mencerminkan rasa sedih gue tanpa kehadiran elu?" tanya Tara dalam hatinya.

Sore hari menjelang. Tara pergi keluar rumah untuk berjalan-jalan menghibur dirinya yang sedang sedih. Ia pergi ketaman melihat anak-anak kecil yang riang bermain. Tetapi itu tidak cukup untuk membuat Tara tersenyum. Tiba-tiba langit di angkasa berubah menjadi kelabu, awan mendung pun datang. Tara tidak memperdulikan lagi hujan akan datang. Secara tak sengaja Tara melihat Icha yang bersama teman-temanya beranjak pulang.
Tara memangil Icha," Cha..! Icha..! Gue mau ngomong".Mendengar Tara memangil Icha, teman-teman Icha menyarankanya untuk menemui Tara dan mereka menunggu di depan gerbang taman. Akhirnya Tara berhasil menemui Icha, dan ia menggenggam kedua tangan Icha
dan mencurahkan semua isi hatinya.
" Cha kenapa lu ngehindar dari gue? Kenapa lu gak kasih kabar ke gue?
Kenapa Cha?" tanya Tara dengan serius.
Tiba-tiba Icha menangis, air matanya tak kuasa ia bendung lagi.
Saat itu juga hujan datang dengan deras membasahi mereka berdua.
" Cha kenapa elu sekarang menangis?
Elu tau, Gue sedih banget ketika elu ga masuk dan ga mau ketemu sama gue. Pikiran gue kacau. Gue gelisah. Gue ga bisa tidur. Gue ga bisa kehilangan elu. ", ujar Tara bertubi-tubi.
Mendengar semua perkataan Tara Icha semakin tersedu-sedu.
"Tar, gue ga bisa jawab pertanyaan elu, gue ga bisa njelasinya. Gue ga sanggup Tar..", jawab Icha dengan tangis
" Tapi kenapa Cha? ", tanya Tara.
Akhirnya Icha melepaskan genggaman Tara dan berlari menjauhinya. Hujan semakin deras dan petir menyambar-nyambar. Tinggalah Tara sendiri ditaman. Rasa dinginya hujan terkalahkan oleh kesedihanya yang teramat dalam. Dan ia akhirnya menjatuhkan air mata bersama dengan deraian air hujan.

 Dua hari kemudian. Terdapat sebuah surat berwarna biru muda di atas meja Tara. Dibukan surat itu oleh Tara. Tenyata surat itu dari Icha dan Tara membaca surat itu dengan seksama.

 Tara ..

Maaf banget atas kejadian di kantin dan di taman.
Maaf karna gue ga ngebales sms lu..
Maaf gue pasang muka cemberut sama lu..
Gue ga bisa jawab dan ngejelasin semua pertanyaan elu ditaman.
Gue ga sanggup Tara....
Gue gak sanggup bikin lu kecewa..
Gue juga sayang sama elu...
Tapi gue harus pergi...
Maaf Tara.....
Jangan pernah lupain gua ya Tar..
 si gadis selai kacang.

Icha..

  Membaca surat dari Icha ingin rasanya Tara berteriak dan menangis. Tetapi ia mencoba menahanya sekuat tenaga. Ketika Tara selesai membaca surat dari Icha dan menyimpanya di kantong celananya.
Lidya teman sebangku Icha datang dan berkata," Tar sabar ya, ga ada maksud Icha buat elu jadi sedih.Dia emang harus pergi keluar kota ikut orang tuanya. Tapi Icha tuh sayang banget sama elu Tara". 
" Makasi ya Lidya", jawab Tara.
Beberapa minggu kemudian, Tara kembali tersenyum lagi seperti dulu. Ia akan tetap menyimpan surat dari Icha dilemarinya hingga ia bisa bertemu lagi denganya.


Tiga tahun berlalu,  sekarang ia berada di kelas XII di SMA. Tara telah berkali-kali jatuh cinta dan merasakan indahnya cinta. Kenanganya bersama Icha tidak membuatnya trauma akan cinta. Ia menganggap Icha adalah cinta pertamanya yang tak akan pernah ia kupakan. Walaupun itu menyedihkan, tetapi tetap ia nikmati kenangan bersama Icha. Tetapi ada satu hal yang tak bisa berubah hingga saat ini, Mengapa roti dengan selai kacang ini tetap terasa hambar?



END.....




cerita ini adalah tugas Bahasa Indonesia gue waktu SMA, dan ini merupakan cerita fiksi pertama yang gue pernah bikin selama gue hidup, judul dan tema cerita terinspirasi dari salah satu kalimat di novel Raditya Dika " marmut merah jambu"... 

::hahaha:: maaf  kalo terlihat amatir dan berlebihan... ^_^  maklum masih labil.. ::ngahahahaha::

0 komentar:

Posting Komentar